Minggu, 30 Mei 2010

Model Kearifan Lokal dalam Penyelenggaraan Pemerintahan di Kota Palu

Abstraksi:

"Nosarara Nosabatutu" adalah filosofi yang menjadi semboyan yang menjadi penyemangat pemerintah kota palu dalam menyelenggarakan pemerintahan. "Nosarara Nosabatutu" mempunyai arti yaitu bersama kita satu. itulah gambaran kebersamaan untuk mencapai tujuan keberhasilan.

"Nosarara Nosabatutu" adalah dialeg dalam bahasa Kaili (bahasa suku Kaili) salah satu suku yang ada di wilayahpalu yang merupakan bagian Negara Kesatuan Republik Indonesia. semboyan ini merupakan petuah bagi masyarakat kota Palu, yang diikrarkan bersama dengan pemerintah kota Palu pada tanggal 07 Juni 2007 dengan melibatkan berbagai Stake Holders dan organisasi kemasyarakatan. semboyan ini diikrarkan bagi keberlangsungan pengembangan nilai-nilai budaya masyarakat kota Palu.

Mengingat semboyan ini telah menjadi pedoman hidup totua-totua ngata (orang tua terdahulu) sejak masa dahulu di tanah kaili, serta terjamin keberadaannya dalam UUD 1945 dan dijabarkan kembali dalam undang-undang tentang otonomi daerah, sebagai konsep sebuah kebudayaan yang secara filosofis tumbuh dan berakar pada khazanah budaya masyarakat To Kaili.

Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat tanah kaili (kota Palu), sering kita tidak menyadari adanya semboyan-semboyan atau ungkapan-ungkapan tertentu yang memiliki nilai-nilai kebudayaan yang kebudayaan yang tinggi, padahal masa lampau semboyan itu telah menjadi pegangan hidup secara turun-temurun, yang pada akhirnya semboyan itu mrnjadi konsep acuan etos kerja oleh masyarakat pendukungnya.

Diharapkan semboyan itu dapat menyemangati untuk saling bekerjasama antara pemerintah kota Palu dan masyarakat dalam membangun kota Palu.

Artikel

Salah satu indikator bahwa sebuah pemerintahan berjalan dengan baik apabila pemerintah tersebut didukung oleh segenap komponen masyarakatnya. Arti masyarakat sangat penting karena hampir segala aspek kehidupan baik ekonomi, social, politik serta budaya senantiasa berbaur dalam kehidupan masyarakat. Berkenaan dengan hal tersebut maka yang akan disoroti dalam tulisan ini adalah hubungan antara pemerintah Kota Palu dan masyarakat dalam proses pengambilan kebijakan.

Terciptanya kehidupan masyarakat Kota Palu yang aman, damai dan dinamis merupakan prasyarat bagi terselenggaranya pembangunan yang telah dprogramkan oleh pemerintah Kota Palu. Hal ini dapat dicapai apabila di antara pemerintah dan masyarakat ada upaya atau langkah antisipatif, dengan jalan mengupayakan berbagai langkah yang terencana dan terprogram dan melibatkan semua komponen masyarakat, maupun usaha yang lebih bersifat penguatan aspek-aspek yang mendukung ke arah pembangunan, terutama bagi daerah atau wilayah dimana potensi itu ada.

Sebagai filosofi serta slogan budaya Nosarara Nosabatutu (Kekeluargaan dan Kebersamaan) yang digali dari masyarakat dan dikembangkan oleh Pemerintah Kota Palu, dirasa masih kurang terealisasikan dalam penyelenggaraan pemerintah Kota Palu. Itu ditandai dengan belum berjalan dengan baiknya peran pemerintah sebagai pembuat kebijakan. Sebab hanya segelintir keinginan-keinginan masyarakat terealisasikan. Semuanya selalu didominasi oleh kepentingan pribadi bahkan kepentingan golongan. Hal ini kadang yang akan mengakibatkan ancaman konflik antara pemerintah dan masyarakat.

Jika kita menengok kebelakang, pada zaman kepemimpinan raja-raja kaili, kondisi masyarakat kaili dan praktek-praktek kepemimpinan orang kaili sejak zaman launggauau hingga ke magau sampai berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia, konsep Nosarara Nosabatutu ini telah berjalan dengan baik. Sehingga yang terjadi adalah semangat kekeluargaan dan kebersamaan antara pemerintah dan masyarakat. Dengan kebersamaan (sintuvu) mereka dapat mengatasi suatu masalah bersama dengan tidak memandang adanya status perbedaan sosial, pangkat, kedudukan, rasa, rasa senasib sepenanggungan, menghargai dan memelihara kekayaan yang ada baik alam, lingkungan maupun pribadi yang dijaga bersama sehingga dapat terpelihara bersama demi kepentingan bersama.

Sebenarnya jika diartikan menurut penggalan kata makna Nosarara Nosabatutu maka dapat diuraikan sebagai berikut:

No= Ber

Sa= satu

Rara= hati

Batutu= tas terbuat dari kain/ kantong bayi/ pundi.

Jadi Nosabatutu berarti memiliki satu tas/ secara terminology mengandung pengertian orang-orang yang memiliki satu sikap hidup bersama yaitu rasa persatuan, kebersamaan, dan kesatuan dalam kehidupan sosial masyarakat.

Secara garis besar yang dimaksud dengan filosofi atau budaya Nosarara Nosabatutu merupakan suatu rangkaian dalam pemgambilan keputusan yang melibatkan orang banyak atau seluruh komponen masyarakat, yang diadakan di suatu temat untuk memecahkan atau mencari suatu solusi tentang sesuatu yang akan diputuskan demi kepentingan orang banyak. Dimana keputusan dari musyawarah itu bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat dengan tidak melupakan hak-hak dan kewajiban warga masyarakat yang terhimpun dalam suatu ikatan yang kuat, yakni ikatan persaudaraan.

Nosarara Nosabatutu dalam masyarakat kaili berarti bersaudara atau bersatu. Secara rinci konsep ini mengandung :

a. Nilai-nilai persaudaraan dan kesatuan kebersamaan serta kekeluargaan.

b. Nilai-nilai rasa senasib sepenanggungan, saling menghargai, memelihara nilai bersama serya menjaga kerahasiaan dan kehati-hatian untuk kepentingan bersama.

Nosarara Nosabatutu pada prinsip dasarnya bukan hanya permasalahan penguatan kelembagaan masyarakat semata, tetapi lebih bersifat multidimensional dengan akar permasalahan terletak pada sistem ekonomi, social dan politik suatu daerah. Fenomena yang terjadi kebanyakan masyarakat tidak pernah dilibatkan dalam rangka pengambilan keputusan, masyarakat menjadi termarjinalkan karena adanya kebijakan ekonomi, social, politik serta budaya yang kurang menguntungkan masyarakat. Dengan kurangnya keberpihakan pemerintah yang notabene merupakan pengambil kebijakan, membuat masyarakat tidak memiliki akses yang memadai ke sumber daya-sumber daya kunci yang dibutuhkan guna menyelenggarakan kehidupan.

Apabila masyarakat tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan, maka secara politik masyarakat tidak memiliki sarana untuk ikut dalam pengambilan keputusan yang berpihak atau menguntungkan masyarakat itu sendiri. Semangat dari Nosarara Nosabatutu harus tetap tertanam pada setiap unsur baik di pemerintah maupun dimasyarakat, sebab dampaknya akan dirasakan langsung oleh masyarakat.

Nosarara Nosabatutu adalah suatu ungkapan dikalangan daerah kita ini yang semestinya perlu senantiasa dibangun oleh berbagai pihak. Semangatnya diharapkan dapat membangun rasa persaudaraan. Dengan rasa persaudaraan dan persatuan antara pemerintah dan masyarakat tentu diharapkan dapat menghindari potensi terjadinya konflik seperti yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia. Masyarakat banyak yang melakukan unjuk rasa karena mereka merasa keinginan mereka kurang direspon oleh pemerintah.

Filosofi Nosarara Nosabatutu sangat penting fungsinya dalam kehidupan. Contohnya seperti dapat merajut ikatan kekeluargaan, dan kekeluargaan sebagai dasar social politik yang kuat dan dapat membangun kepentingan bersama secara gotong royong dan menggali sumber dana untuk kepentingan dan kemakmuran bersama. Hal ini bila diamalkan dalam kehidupan maka yang tercipta pastilah suasana yang kondusif, aman dan damai. Dimana selalu ada kerja sama yang sinergis antara pemerintah dan masyarakat. Tentulah pembangunan dengan mudah dapat dilaksanakan karena semua elemen berpartisipasi.

Secara garis besarnya, ada empat bentuk dimensi yang ada di masyarakat, yaitu:

a. Nosarara Nosabatutu dari segi dimensi material terlihat dalam kehidupan masyarakat dimana sehari-hari banyak masyarakat yang tidak memiliki benda-benda fisik yang diperlukan sebagai modal hidup mereka, seperti : tanah yang memadai, rumah atau tempat tinggal yang layak, perabotan rumah tangga, kendaraan, peralatan kerja dan benda-benda fisik lainnya.

b. Dari segi dimensi kemanusiaan. Banyak masyarakat tidak memiliki kualitas sumber daya manusia yang cukup baik yang menjamin keberhasilan hidup mereka, mencangkup tingkat kesehatan, pendidikan, tenaga kerja. Hal-hal seperti itu tentu akan mengurangi etos kerja, kewirausahawan, dan kurangnya jiwa kepemimpinan.

c. Dari segi dimensi sosial. Banyak warga masyarakat yang tersisih dari pranata sosial, antara lain : tidak terdaftar sebagai warga miskin, tidak mendapatkan jaminan kesehatan, tidak mendapatkan tempat hunian yang layak, tidak mendapatkan santunan atau jaminan hari tua dari pemerintah.

d. Dari segi dimensi lingkungan. Banyak warga yang tidak memilki sumber-sumber lingkungan sebagai modal hidup mereka seperti : air bersih, udara bersih, lapangan hijau serta tingkat keamanan yang kondusif.

Keempat dimensi diatas yang telah diuraikan tersebut, tidak akan terjadi apabila semangat daripada filosofi Nosarara Nosabatutu betul-betul telah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dilingkungan kita. Rasanya kita bisa menilai dan mengamati apakah empat komponen tersebut masih terjadi atau tidak di tanah kaili ini.

Jika kita menengok tentang fungsi dari filosofi itu dalam kehidupan bermasyarakat, maka ada beberapa point yang dapat dijabarkan sebagai berikut :

a. Menciptakan masyarakat untuk memiliki nilai-nilai luhur.

b. Menciptakan masyarakat kritis dan peduli lingkungan.

c. Melibatkan seluruh komponen masyarakat dalam setiap pengambilan keputusan.

d. Mendorong masyarakat partisipatif dalam program-program pembangunan.

e. Memperkuat elemen-elemen masyarakat yang ada, agar semua elemen masyarakat dapat memainkan fungsinya masing-masing dan memainkan perannya untuk kemajuan daerahnya.

Untuk mewujudkan fungsinya itu maka tentulah harus ada kerjasama antara pemerintah dan masyarakat sehingga Nosarara Nosabatutu tidak hanya sekedar menjadi filosofi saja melainkan penerapannya dapat terlaksana dalam kehidupan sehari-hari. Berikut akan dijabarkan bentuk-bentuk penerapannya di lingkungan kita:

a. Masyarakat terlibat langsung dalam proses pengambilan keputusan.

b. Masyarakat berhak menentukan apakah sebuah program dapat diterima atau tidak lingkungannya.

c. Masyarakat harus mengetahui siapa yang menerima atau siapa sasaran daripada sebuah program yang berasal dari sebuah kebijakan.

d. Masyarakat yang merencanakan dan menentukan bagaimana menanggulangi permasalahan-permasalahan yang ada dilingkungannya, karena masyarakat lah yang memiliki kedaulatan itu, bukan elit politik.

e. Masyarakat harus diberikan sarana dan prasarana penunjang, agar program yang telah diputuskan dapat berjalan atau terlaksana.

f. Masyarakat yang menentukan siapa dan bagaimana sebuah program dapat dilaksanakan.

g. Masyarakat yang mengusulkan, melaksanakan, mengevaluasi, dan memelihara setiap program yang dilaksanakan.

Andai kata semua bentuk penerapan dari filosofi Nosarara Nosabatutu dapat dilaksanakan, bukan tidak mungkin pembangunan di Kota Palu dapat berjalan dengan baik. Memang sebenarnya kuncinya ada pada pemerintah juga. Pemerintah harus memberdayakan setiap komponen masyarakat seutuhnya demi kemajuan tanah kaili ini.

Dari semua uraian yang telah penulis jabarkan diatas, maka dapat ditarik seuah kesimpulan bahwa dalam pelaksanaan pembangunan di Kota Palu, diperlukan partisipasi dari masyarakat juga. Melalui nilai dan semangat yang terdapat dalam semboyan Nosarara Nosabatutu tersirat pesan yang sangat mulia yaitu:

a. Bahwa nilai dan semangat Nosarara Nosabatutu merupakan perekat dalam kehidupan bermasyarakat.

b. Bahwa nilai dan semangat Nosarara Nosabatutu mendukung percepatan pembangunan.

c. Bahwa semangat perdamaian perlu dijaga dan dipelihara karena dalam hati yang tidak damai tidak terdapat perasaan dendam karena pada dasarnya dendam tidak menyelesaikan masalah bahkan menghambat pembangunan.

d. Bahwa nilai dan semangat Nosarara Nosabatutu perlu dimasyarakatkan agar nilai-nilai dan semangatnya dapat terwujud dalam perilaku kehidupan bermasyarakat.

Dengan adanya semboyan Nosarara Nosabatutu di daerah kaili ini mari kita galakkan bersama-sama baik di pemerintah maupun di masyarakat. Sehingga dalam menyelesaikan berbagai persoalan dan permasalahan selalu mengedepankan musyawarah untuk perdamaian.

Dan secara factual dapat dikatakan bahwa dalam masyarakat kaili ada potensi yang dapat digali dan dilestarikan guna mencegah dan menanggulangi ancaman dan bahaya konflik melalui pendekatan kearifan lokal dan sekaligus memelihara perdamaian. Sehingga tercermin suatu perdamaian dan tidak ada lagi konflik yang akan terjadi.

Mari kita bangun Kota Palu ini dengan semboyan Nosarara Nosabatutu yang dilandasi dengan iman dan takwa sehingga dapat dinikmati oleh generasi penerus nanti. Amin…

Jumat, 21 Mei 2010

MODEL KEARIFAN LOKAL DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DI KOTA PALU

"Nosarara Nosabatutu" adalah filosofi yang menjadi semboyan yang menjadi penyemangat pemerintah kota palu dalam menyelenggarakan pemerintahan. "Nosarara Nosabatutu" mempunyai arti yaitu bersama kita satu. itulah gambaran kebersamaan untuk mencapai tujuan keberhasilan.

"Nosarara Nosabatutu" adalah dialeg dalam bahasa Kaili (bahasa suku Kaili) salah satu suku yang ada di wilayahpalu yang merupakan bagian Negara Kesatuan Republik Indonesia. semboyan ini merupakan petuah bagi masyarakat kota Palu, yang diikrarkan bersama dengan pemerintah kota Palu pada tanggal 07 Juni 2007 dengan melibatkan berbagai Stake Holders dan organisasi kemasyarakatan. semboyan ini diikrarkan bagi keberlangsungan pengembangan nilai-nilai budaya masyarakat kota Palu.

Mengingat semboyan ini telah menjadi pedoman hidup totua-totua ngata (orang tua terdahulu) sejak masa dahulu di tanah kaili, serta terjamin keberadaannya dalam UUD 1945 dan dijabarkan kembali dalam undang-undang tentang otonomi daerah, sebagai konsep sebuah kebudayaan yang secara filosofis tumbuh dan berakar pada khazanah budaya masyarakat To Kaili.

Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat tanah kaili (kota Palu), sering kita tidak menyadari adanya semboyan-semboyan atau ungkapan-ungkapan tertentu yang memiliki nilai-nilai kebudayaan yang kebudayaan yang tinggi, padahal masa lampau semboyan itu telah menjadi pegangan hidup secara turun-temurun, yang pada akhirnya semboyan itu mrnjadi konsep acuan etos kerja oleh masyarakat pendukungnya.

Diharapkan semboyan itu dapat menyemangati untuk saling bekerjasama antara pemerintah kota Palu dan masyarakat dalam membangun kota Palu.